Monday 17 November 2014

Hal yang berat itu bernama “Melepaskan”

Hal yang paling berat dalam hidup ini adalah melepaskan, melepaskan mimpi yang pernah kita rangkai.  Melepaskan mimpi itu ibarat kata melepaskan satu hal dan akan berpengaruh kepada hal lainnya.

Tepatnya 3 November 2014, adalah tepat dengan hari saya dengan terpaksa mencoret satu list dari “Buku Mimpi”.  Apa itu? Yeah list di nomor 1 itu adalah mimpi untuk memakai toga suatu hari nanti. Setelah sekian lama saya bekerja di luar kota, akhirnya tahun ini saya berani nekat dengan mengambil kuliah  kelas karyawan di salah satu Universitas Swasta di Jakarta.


Masih semester  dua memang, tetapi satu semester sebelumnya sukses saya lalui dengan pengorbanan #sedikitlebay.

Pertama, saya bukanlah orang yang suka keluar malam, bisa dibilang justru selama ini menghindari pulang larut. Namun demi mengejar mimpi saya beranikan diri untuk pulang malam. Yeah, karena jadwal yang saya dapat adalah mengharuskan dalam satu semester masuk 5 pertemuan di tambah UTS dan UAS pada malam hari dan itu untuk 3 mata kuliah. Artinya dalam satu semester saya harus pulang malam sebanyak 21 x, WOW! Mungkin belum seberapa kalau jarak yang ditempuh itu sejauh Cengkareng ke Prepedan tapi ini jauh Jendral! Dari Meruya saya harus naik angkot ke Citraland, dari Citraland sambung ke Sumur Bor dan setelahnya naik ojek sampe rumah, total kalau lancar bisa memakan waktu 1.5 jam. Kalau nggak lancar? Jangan tanya! Well, bahkan tukang ojek sumur bor sampai hafal muka saya dan saya punya langganan di sana. Lol . 
Ini jadwal apa jadwal? Fiuhhh

Itu tadi baru perjalanan pulang, berangkatnya memang jadwal masuk jam 7 malam tetapi macetnya ibukota kalau jam pulang kerja tidak perlu ditanyakan lagi. Jadi saya harus pulang jam lima tepat dan cari tebengan sampe Cengkareng, HIDUP NEBENG! Biasanya kalau menjelang jam 7 depan kampus macet gila-gilaan dan saya menjadi langganan telat belum lagi kalau dapat jadwal di lantai 4 rasanya itu fiuhhh…

Cukup untuk perjalanan, tidak perlu disebutkan berapa ongkos yang mesti dikeluarkan karena lumayan buat beli makan malam porsi kenyang ^^.  Jadi selain korban waktu malam hari dan juga weekend sudah dipastikan adalah korban biaya. Biaya uang kuliah yang sudah dikeluarkan sudah di atas  5 dan sudah menuju ke dua digit. Lumayan kan buat beli gadget baru ? #meringis

Setiap keputusan pasti ada resikonya.


Yeah, setiap keputusan memang ada resikonya dan tanggal 3 November kemarin saya memilih mengambil resiko itu. Yup, saya tidak ikut UTS dan memilih pulang ke Jogja. Pertanyaannya apakah harus saya mencoret mimpi itu? Setelah sharing dengan beberapa teman ada yang bilang sayang ada juga yang mendukung. Saya sempat galau berhari-hari hanya untuk memutuskan masalah tersebut. Tetapi pada akhirnya keputusan memang ada di tangan saya dan saya memutuskan melepaskan. Sayang? Pastinya iya namun yang pasti keluarga adalah nomor satu melebihi hal apapun. Tanpa keluarga terutama ibu dan kakak saya tidak akan menjadi seperti sekarang, tanpa mereka juga toh pasti saya tidak mungkin bisa kuliah walaupun dengan uang sendiri karena saya tidak bisa mengabaikan peran mereka yang telah membiayai pendidikan sampai saya lulus STM. Lalu setelah apa yang mereka lakukan apakah saya masih sanggup memilih pendidikan dibandingkan keluarga? Jawabannya adalah tidak. 
Hanya bisa dikenang

Hal yang membuat saya merasa sukses meringis pedih dari keputusan ini adalah saat  melihat kembali IPS yang sudah pernah saya dapat dan juga almamater yang belum pernah dipakai. Nilainya lumayan buat kenang-kenangan. Hal lainnya lagi adalah saat teman dekat mengirimkan pesan dan bilang kalau teman-teman nanyain saya kemana. Ya Tuhan itu rasanya bikin errrrr tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Rsanya ituuu...

Jadi inti dari postingan ini tentunya selain curcol adalah :


Jangan menunda suatu hal selagi kamu masih bisa melakukannya sekarang.


 Terkadang saya menyesal kenapa tidak dari awal merantau memutuskan untuk kuliah? Well, namun kalau diurut ke masa lalu, waktu itu memang dana belum memungkinkan dan juga niat yang belum sempurna. Penyesalan memang selalu datang belakangan bukan?

Selain itu,


Karena tidak semua orang seberuntung kamu, bersyukurlah.


Pesan ini adalah buat kaula muda (sok tua banget ini) yang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tanpa perlu memusingkan biaya. Jujur saya kesal ketika melihat status yang mengeluh banyak tugas dan malas pergi ke kampus. Hei lalu apa kabar kami yang pagi harinya harus bekerja dan mengerjakan tugas pada malam hari? Lalu kapan kami bisa beristirahat jika hari Sabtu dan Minggu pun tetap ke kampus? Jangan ditanya bagaimana rasanya karena sudah pasti melelahkan dan saya sendiri awalnya sempat drop setelah dua minggu menjalani rutinitas ini. So, saya rasa pantas memberikan jempol kepada mereka yang bisa memakai toga disaat setelah bekerja.

Oke, waktu nulis  postingan ini fix saya galau. Rasanya setengah hati saya masih tidak ikhlas untuk melepaskan. Namun dari semua ini saya yakin rencana Allah jauh lebih indah, mungkin ini salah satu cara Allah untuk membawa saya pulang ke kampung halaman dan berkata “Selamat tinggal Ibukota.”  dalam waktu dekat.

Sekian dari terima kasih sudah mampir

Maturnuwun


No comments:

Post a Comment