Hal yang paling berat dalam hidup
ini adalah melepaskan, melepaskan mimpi yang pernah kita rangkai. Melepaskan mimpi itu ibarat kata melepaskan
satu hal dan akan berpengaruh kepada hal lainnya.
Tepatnya 3 November 2014, adalah
tepat dengan hari saya dengan terpaksa mencoret satu list dari “Buku
Mimpi”. Apa itu? Yeah list di nomor 1
itu adalah mimpi untuk memakai toga suatu hari nanti. Setelah sekian lama saya
bekerja di luar kota, akhirnya tahun ini saya berani nekat dengan mengambil
kuliah kelas karyawan di salah satu
Universitas Swasta di Jakarta.
Masih semester dua memang, tetapi satu semester sebelumnya
sukses saya lalui dengan pengorbanan #sedikitlebay.
Pertama, saya bukanlah orang yang
suka keluar malam, bisa dibilang justru selama ini menghindari pulang larut.
Namun demi mengejar mimpi saya beranikan diri untuk pulang malam. Yeah, karena
jadwal yang saya dapat adalah mengharuskan dalam satu semester masuk 5
pertemuan di tambah UTS dan UAS pada malam hari dan itu untuk 3 mata kuliah.
Artinya dalam satu semester saya harus pulang malam sebanyak 21 x, WOW! Mungkin
belum seberapa kalau jarak yang ditempuh itu sejauh Cengkareng ke Prepedan tapi
ini jauh Jendral! Dari Meruya saya harus naik angkot ke Citraland, dari
Citraland sambung ke Sumur Bor dan setelahnya naik ojek sampe rumah, total
kalau lancar bisa memakan waktu 1.5 jam. Kalau nggak lancar? Jangan tanya!
Well, bahkan tukang ojek sumur bor sampai hafal muka saya dan saya punya langganan
di sana. Lol .
Ini jadwal apa jadwal? Fiuhhh |
Itu tadi baru perjalanan pulang,
berangkatnya memang jadwal masuk jam 7 malam tetapi macetnya ibukota kalau jam
pulang kerja tidak perlu ditanyakan lagi. Jadi saya harus pulang jam lima tepat
dan cari tebengan sampe Cengkareng, HIDUP NEBENG! Biasanya kalau menjelang jam
7 depan kampus macet gila-gilaan dan saya menjadi langganan telat belum lagi
kalau dapat jadwal di lantai 4 rasanya itu fiuhhh…
Cukup untuk perjalanan, tidak
perlu disebutkan berapa ongkos yang mesti dikeluarkan karena lumayan buat beli
makan malam porsi kenyang ^^. Jadi
selain korban waktu malam hari dan juga weekend sudah dipastikan adalah korban
biaya. Biaya uang kuliah yang sudah dikeluarkan sudah di atas 5 dan sudah menuju ke dua digit. Lumayan kan
buat beli gadget baru ? #meringis
Setiap keputusan pasti ada resikonya.
Yeah, setiap keputusan memang ada
resikonya dan tanggal 3 November kemarin saya memilih mengambil resiko itu.
Yup, saya tidak ikut UTS dan memilih pulang ke Jogja. Pertanyaannya apakah
harus saya mencoret mimpi itu? Setelah sharing dengan beberapa teman ada yang
bilang sayang ada juga yang mendukung. Saya sempat galau berhari-hari hanya
untuk memutuskan masalah tersebut. Tetapi pada akhirnya keputusan memang ada di
tangan saya dan saya memutuskan melepaskan. Sayang? Pastinya iya namun yang
pasti keluarga adalah nomor satu melebihi hal apapun. Tanpa keluarga terutama
ibu dan kakak saya tidak akan menjadi seperti sekarang, tanpa mereka juga toh
pasti saya tidak mungkin bisa kuliah walaupun dengan uang sendiri karena saya
tidak bisa mengabaikan peran mereka yang telah membiayai pendidikan sampai saya
lulus STM. Lalu setelah apa yang mereka lakukan apakah saya masih sanggup
memilih pendidikan dibandingkan keluarga? Jawabannya adalah tidak.
Hanya bisa dikenang |
Hal yang membuat saya merasa
sukses meringis pedih dari keputusan ini adalah saat melihat kembali IPS yang sudah pernah saya
dapat dan juga almamater yang belum pernah dipakai. Nilainya lumayan buat
kenang-kenangan. Hal lainnya lagi adalah saat teman dekat mengirimkan pesan dan
bilang kalau teman-teman nanyain saya kemana. Ya Tuhan itu rasanya bikin errrrr
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Rsanya ituuu... |
Jadi inti dari postingan ini
tentunya selain curcol adalah :
Jangan menunda suatu hal selagi kamu masih bisa melakukannya
sekarang.
Terkadang saya menyesal kenapa tidak dari awal
merantau memutuskan untuk kuliah? Well, namun kalau diurut ke masa lalu, waktu
itu memang dana belum memungkinkan dan juga niat yang belum sempurna.
Penyesalan memang selalu datang belakangan bukan?
Selain itu,
Karena tidak semua orang seberuntung kamu, bersyukurlah.
Pesan ini adalah buat kaula muda
(sok tua banget ini) yang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
tanpa perlu memusingkan biaya. Jujur saya kesal ketika melihat status yang mengeluh
banyak tugas dan malas pergi ke kampus. Hei lalu apa kabar kami yang pagi
harinya harus bekerja dan mengerjakan tugas pada malam hari? Lalu kapan kami
bisa beristirahat jika hari Sabtu dan Minggu pun tetap ke kampus? Jangan
ditanya bagaimana rasanya karena sudah pasti melelahkan dan saya sendiri
awalnya sempat drop setelah dua minggu menjalani rutinitas ini. So, saya rasa
pantas memberikan jempol kepada mereka yang bisa memakai toga disaat setelah
bekerja.
Oke, waktu nulis postingan ini fix saya galau. Rasanya
setengah hati saya masih tidak ikhlas untuk melepaskan. Namun dari semua ini
saya yakin rencana Allah jauh lebih indah, mungkin ini salah satu cara Allah
untuk membawa saya pulang ke kampung halaman dan berkata “Selamat tinggal
Ibukota.” dalam waktu dekat.
No comments:
Post a Comment