-24 Mei-
Tanggal dimana semua berubah, berubah total. Hari dimana untuk
pertama kalinya aku merasa kehilangan satu hal yang amat sangat berharga. Hari
dimana setelah hari itu terlewati aku merasa ada sesuatu yang hilang.
Yah,
DULU. Ayah yang mengajariku untuk
mengerti dan memahami ada yang lingkungan sekitar. Mengantarku ke sekolah juga
mengambil nilai. Dengan bangga aku menggandeng ayah ke kelas dan dengan bangga
pula akan prestasiku ayah menunjukkan nilai itu. Ayah satu sosok imam yang
menjadi panutanku. Bahkan untuk beberapa tahun aku hanya tidur berdua dengan
ayah. Itu adalah kenangan terindah denganmu yah
Namun, aku hanyalah sosok labil
yang waktu itu tak pernah menyadari arti hadirmu. Yang hanya bisa mengeluh dan
membandingkan ayah dengan sosok lain. Aku iri dengan orang lain yang mempunyai
ayah hebat. Bahkan aku menganggap mereka ayahku juga ketika hujan deras
mengantar kami ke sekolah. Satu kekecewaan yang mampu menutupi apa yang ada
pada ayah.
Yah,
Saat aku kehilanganmu barulah aku
menyadari arti penting kehadiranmu. Betapa ayah menyayangiku walau dengan rasa
acuh itu. Pernah suatu hari hanya karena egoku yang memuncak, Tak ingin berangkat
ke sekolah , cengeng karena tak ada teman yang bisa membimbingku untuk
menyeberang jalan. Namun akhirnya ayah mengantarkan ke sekolah sampai jalan
raya. Dan akhirnya bertemu ibu yang menenangkanku. LABIL, dan baru aku tahu
esoknya ternyata ayah waktu itu mengikutiku dari belakang tak hanya sampai
jalan raya itu tetapi sampai sekolah. Memastikan aku baik baik saja sampai
sekolah. Sekali lagi yah tanpa ku minta dan aku tak kan pernah tau kalau ibu
tak mengatakannya.
Yah,
Masih teringat sangat jelas saat
aku mengungkapkan kekecewaan saat ayah dan semuanya justru keluar kota beberapa
hari dan meninggalkan aku hanya dengan kakak saat ujian. Terabaikan dan itulah
yang aku rasakan saat itu. Masih teringat sangat jelas saat ayah justru pergi
ke luar kota saat itu musibah datang. Lagi hanya dengan kakak. Aku hanyalah
anak kecil yang tak tau dan tak mau tau apa yang terjadi. Kecewa.. rasa itulah
yang membuncah ada di dalam hati. Terlalu kecewa atas apa yang ayah lakukan.
Yah,
Semua kebaikan ayah tertutupi
oleh kekecewaan itu. Kini yang tersisa
hanyalah rasa sesal yang membuat sesak di dada. Ketika ayah sakit dengan
egoisnya aku masih berfikir yang tidak tidak. Suudzon atas apa yang terjadi.
Saat yasinan waktu itu malah dengan tololnya aku mengatakan kalau ayah mengada
ada. Aku menyesal yah, tapi penyesalan itu selalu datang terlambat.
Ketika menjelang maghrib datang
dan ayah minta dibuatkan air gula, tanpa berfikir macam macam aku membuatkannya
dan menyerahkan itu ke kakak. Dan tanpa kutahu ternyata itu adalah tetes air
terakhir yang ayah minum. Satu-satunya apa yang bisa kuberikan kepada ayah.
Yah,
Ayah masih melihat aku kan? Aku
lemah sementara sampai malam menjelang dan lebih memilih pergi ke alam mimpi
karena aku tak berani menerima kenyataan. Namun ternyata pagi yang kutemui
adalah nyata. Ayah berbaring di depan sana dengan kain putih itu. Wajah ayah
yang tenang menyiratkan kalau ayah bahagia disana. Aku kuat yah, namun ternyata
pertahanan itu hancur saat Keranda itu mulai membawa raga ayah pergi. Bahkan untuk mengantarkan ayah ke tempat
peristirahatan terakhir pun aku tak mampu. Serasa ada yang menarik jiwaku hilang ntah kemana.
Mungkin akulah yang terapuh diantara semua, sampai akhirnya tangan ibu yang
membimbingku untuk melihat rumah ayah yang baru.Gundukan tanah yang masih
terlihat basah itu, itulah rumah ayah yang baru.
Yah,
Aku selalu mencoba kuat atas
kehilangan ayah. Bayangan bayangan kebaikan ayah yang selama ini tertutup oleh
kekecewaanku bagaikan film using yang terputar dalam otakku. Berputar
berulang-ulang dan itu semakin menyiksaku atas rasa bersalah yang mengiris
kalbu. Ayah membuatku mengerti apa arti kehadiran kerabat dekat. Mereka yang
menguatkan disaat kepergian ayah sampai akhirnya setelah semua kembali ke lingkungan masing masing rasa
kehilangan itu kembali menyeruak, bagaikan pisau mengiris hati. SAKIT.
Yah
Ayah sukses membuatku merasa
manusia paling rapuh dan cengeng. Hanya dengan mendengar kabar duka tanpa
mengenal siapapun orangnya sukses membuat hati ini menangis. Kehilanganmu
sangat mudah untuk diingat yah. Aku bodoh, karena terlalu menangisi kepergian
ayah dalam waktu tertentu. Ayah sukses membuatku percaya apa itu arti
kehilangan. Selama ini yang kudengar kalau orang akan merasa betapa berartinya
seseorang saat sudah jauh / kehilangan dan itulah apa yang aku rasakan setelah
kepergian ayah.
Yah,
Setiap aku pergi ke hajatan nikah
itu adalah pukulan dahsyat untuk hatiku. Aku ingin jika waktu itu tiba untukku
memulai hidup baru ayah lah yang menjadi waliku. Tapi apa? Mustahil yah, Impian
yang tak akan pernah terwujud. Itu yang membuatku selalu enggan untuk pergi ke
hajatan. Dimana kedua orangtua dengan senyum bangganya menghantarkan anak
tercinta menuju gerbang pernikahan baru. Aku ingin seperti itu yah asal ayah tau.
Yah,
Aku sudah bisa mencari uang
sendiri sekarang. Aku ingin seperti teman teman yang lain yah, mereka membelikan
baju untuk orangtua mereka saat lebaran. Namun aku? Bahkan sekalipun aku tak
punya kesempatan untuk memberikan sesuatu sebagai rasa penghormatanku untuk
ayah. Satu hal yang tak mungkin dapat aku lakukan dan sekali lagi aku merasa
ada palu yang memukul hatiku. Saat lebaran tiba dimana orang lain sungkem ke orang tua mereka tetapi aku
hanya bisa mengunjungi rumah ayah tanpa menyentuh ayah, tanpa mencium tangan
ayah. Aku ingin seperti mereka yah, bolehkah waktu ini diputar?
Yah,
Saat aku jauh dari keluarga
seperti sekarang aku merasa ayah adalah orang terdekatku. Ayah adalah seorang
yang mampu melihatku. Entah aku tertawa ataupun menangis. Aku merasa ayah
selalu memperhatikanku. Bahkan dengan masalah-masalah yang ada. Ayah adalah yang
tahu segalanya tentu selain yang Maha Kuasa. Itu benar kan yah? Ayah selalu
menjagaku walau raga ayah suda jauh.
Yah,
Maafkan aku, setelah sekian lama
masih saja selalu menangis saat berkunjung ke rumah ayah. Air mata yang selama
ini tersimpan tumpah ruah hanya untuk ayah. maafkan aku yah, Aku ikhlas atas
apa yang sudah ditakdirkan. Aku menangis karena senang, karena di rumah ayah
aku merasa ayah sedang memelukku dan membelai rambutku. Itulah kenapa aku lebih
suka menengok ayah seorang diri. Di rumah ayah lah tanpa aku mengeluarkan
sepatah katapun ayah tahu apa yang ada dihatiku. Jika selama aku pergi aku
hanya merasa ayah memperhatikanku namun di rumah ayah lah aku merasa ayah
memelukku dengan Erat dan beban yang ada di hati akan terangkat sendirinya.
Ayah telah menguatkanku.
24 MEI, tanggal yang tertulis di
batu nisan. Tanggal dimana ayah meninggalkan kami semua. Tanggal dimana semua
titik balik bermula.
Aku sayang ayah dengan segala kelebihan dan juga kekurangan ayah. Jika masih ada kesempatan aku hanya ingin menangis dipelukan ayah dengan ayah mengusap rambutku. Maafkan aku yang terlalu lemah jika teringat tentang ayah. Bahkan hanya dengan menuliskan serangkai kata ‘Surat untuk Ayah’ ini pun aku kembali mengharu biru. Aku cengeng yah seperti yang kau tahu selama ini. Aku menangis karena aku terlalu menyayangi ayah. Aku terlalu rapuh untuk bisa berdiri tanpa ayah. Kepergian ayah telah meninmbukan rongga besar dalam hatiku. Ketika melihat orang lain membicarakan dengan bangganya mengenai ayah mereka semakin membuat hatiku sakit. Aku ingin seperti mereka yah. Walaupun kadanga aku berhasil mengatur tembok emosi sebaik mungkin di depan mereka tapi toh nyatanya semua itu kembali roboh saat aku seorang diri.
Ayah, maafkan atas kesalahan
ananda selama ini. Semoga ayah mendapatkan tempat terindah di SISINYA.
Sekali lagi maafkan aku yah belum
menjadi anak yang kuat seperti apa harapanmu.
Tuhan, hamba titip surat ini
untuk ayah, salam sayang dan rindu dariku untuknya.
Semoga ayah tenang dan bahagia
serta mendapatkan tempat terindah di SISINYA. Amin
ayah :(
ReplyDeletenice post Laini!
makasih mandaa :)
Delete