Sumber disini |
Sore ini kita dikejutkan dengan info tentang Gempa di
SIMEULUE Aceh sampai BMKG mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami.
Ada beberapa pendapat / opini yang muncul dari masyarakat:
Pertama : Sebagian
dari kita ada yang berpendapat ini adalah Peringatan Allah SWT kepada
umatnya dikarenakan disana banyak orang yang berbuat maksiat / melanggar
agama, Ex: memakai ganja.
Kedua: Ada juga yang
berpendapat karena kondisi geografis dimana Aceh memang berpotensi terjadi Tsunami.
Kalo menurut gue kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah. Opini pertama: Sebagai
seorang muslim tentunya kita masih ingat Kisah Nabi Nuh, dimana Allah SWT
memberikan bencana sebagai peringatan kepada Umatnya dan hanya UmatNya yang
patuh dan percaya yang selamat dari bencana tersebut. Opini kedua : Karena
sesuai kondisi Geografis memang begitu adanya.
Namun yang sangat disayangkan adalah ketika saudara kita
disana menghadapi bencana serta diterpa kekhawatiran akan terjadi Bencana yang
lebih besar yakni Tsunami justru ada
diantara kita yang membuatnya sebagai lelucon. Begini kutipannya (sumber
sengaja tidak gue tulis):
“BREAKING: Malaysia
klaim sebagai Pemilik Resmi Gempa di Sumatera”
SHIT. Gue sempet nyesek baca kata-kata tersebut. Pasalnya
gue juga pernah mengalami apa yang sekarang dialami saudara kita yang ada di
Sumatera. Tepatnya 27 mei 2006 kemarin ketika terjadi gempa di Yogyakarta.
Melalui tulisan ini gue ingin berbagi sehingga jangan pernah ada diantara kita
yang berfikir kalau bencana itu sebuah lelucon. Mendapat bencana itu tidak enak
Guys.
27 Mei 2006
Dimana di hari biasa gue mesti berangkat ke sekolah jam
05.30 WIB, hari sabtu jadwal sekolah adalah masuk siang. Sehabis Subuh dan siapin makanan gue kembali
tertidur (Hah? Jam segitu masih tidur? kebayang malesnya gue waktu itu). Tiba
tiba serasa ada yang membangunkan dengan menggoncang tubuh gue, tadinya gue
kira Nyokap yang sengaja bangunin gue karena udah siang. Namun Ketika gue buka
mata sekeliling kamar masih bergetar hebat. Dengan Reflek gue langsung keluar
rumah melewati pintu belakang, kebetulan kamar gue deket pintu belakang.
Sesampainya di luar rumah gue melihat kearah rumah tepatnya kamar gue kemudian
Dapur, Dengan mata kepala gue sendiri gue melihat bangunan itu seketika roboh.
Entahlah gue ga kepikiran apa-apa. Masih mematung di tempat gue berdiri.
Kurang lebih seperti ini sumber |
Gempa sudah berhenti, gue langsung lari ke depan rumah buat
nyari anggota keluarga gue. Dan Apa yang gue temui? Nampak depan rumah gue yang
tadinya berdiri kokoh sudah roboh dan hanya tertinggal ruang tamu yang masih
berdiri. Disitu gue ga nemuin siapa-siapa kecuali kakak gue. Gue panik,
demikian juga kakak. Gue nangis bercampur
hati yang tidak karuan. Pasalnya ayah
dan adik gue masih di dalem. Ayah sudah
Lansia dan Adik gue masih kecil (Kelas 4 SD). Gue Tanya ke kakak lihat adik
terakhir dimana? Tahukah kalian jawabannya? “ke
kamar mandi!”. Sedangkan yang tadi
gue lihat bagian dapur dan kamar mandi itu roboh. Semakin nyesek.
Akhirnya dengan susah payah kakak berhasil membuka pintu
yang tersendat karena robohan tembok, Gue ga berani ke dalam dan hanya berani
nuggu diluar. Kemudian kakak gue muncul dengan menggendong Adik yang menangis
dan Ayah menyusul dari belakang. Syukurlah Pas kejadian Adik gue yang baru ke
kamar mandi langsung jalan ke depan dan Ayah juga langsung jalan ke depan dari
kamarnya. Alhamdulillah Allah SWT masih melindungi kami. Tak berapa keluarga kami berkumpul di depan
rumah yang kebetulan agak lapang terdengar jeritan dari rumah sebelah. Gue
melihat tetangga gue ada di balik reruntuhan bangunan rumahnya. Kakinya
terjepit dan tidak bisa keluar dari reruntuhan. Kakak beranjak kesana. Membantu
dia keluar dari puing-puing reruntuhan. Tulang kakinya patah dan terpaksa
digotong sampai akhirnya dilarikan ke rumah sakit dengan truk beserta korban
gempa lainnya.
Warga kemudian bergegas dan berkumpul di tanah lapang. Ada
yang kepalanya terkena reruntuhan hingga harus diperban sampai dengan yang
lecet-lecet. Ada yang masih menangis
histeris. Ada yang masih mencari sanak keluarganya. Tak lama kemudian muncul
isu Tsunami yang sudah sampai ke Desa sebelah. Hampir semua warga kampung
panik, kejadian di Aceh waktu itu muncul di otak kami. Banyak di antara kami
sudah memutuskan untuk naik ke bukit yang paling dekat dengan Desa. Adapula
yang menangis dan teriak “Aku ga bisa
berenang.!”. Suara hiruk pikuk terjadi. Sebagian warga termasuk gue sudah
beranjak menjauhi rumah dan menuju bukit. Sampai akhirnya ada yang menginfokan
kalau berita itu hanya HOAX. Karena ada yang memanfaatkan kepanikan warga untuk
mengambil barang berharga yang di rumah yang ditinggal pergi pemiliknya. Ampunilah
perbuatan saudara kami itu ya Allah. Kemudian kami kembali ke tanah lapang.
Disaat orang lain sudah berkumpul dengan keluarganya. Nah keluarga gue? Nyokap
masih belum pulang karena pagi itu beliau sudah pergi ke sawah. Kakak mau
nyariin tapi dia sendiri masih bingung. Dan gue ? Cuma bisa terus berdoa semoga
ga terjadi apa apa dengan beliau. Akhirnya sekitar jam 10.00 WIB nyokap muncul.
Alhamdulillah waktu itu ada yang berbaik hati nebengin pulang karena nyokap
juga masih shock buat pulang sendiri. Terbayang waktu itu pasti perasaan beliau
ga karuan mikirin anak dan suami yang ga beliau ketahui keadaanya.
Gempa susulan masih terjadi berkali kali . Suara takbir dan
tangisan pun tak henti hentinya terdengar. Semua orang panik. Ketika suasana mulai aman dan kepanikan
berkurang. Masing masing kembali ke rumah untuk menyelamatkan harta benda yang
masih bisa diselamatkan. Walaupun masih dihinggapin rasa was was masing masing
memberanikan diri untuk masuk rumah. Demikian juga Kakak masuk dapur dan dengan
susah payah dibantu tetangga dia bisa
mengeluarkan motor yang sempat kerobohan almari. Kemudian mengeluarkan TV dari
ruang tamu. Syukurlah barang elektronik yang ada masih bisa diselamatkan.
Malam itu berbekal tenda nikahan warga desa membangun tenda
darurat untuk tempat bermalam. Kalaupun ada rumah yang masih berdiri tidak ada
yang berani buat tidur di dalam rumah. Sebagian wanita termasuk Nyokab, gue dan
Adik pun ikut tidur di tenda itu. Sedangkan yang cowok kakak gue dan sebagian
warga lainnya sibuk membuat tenda dari terpal di depan rumah buat berteduh dan
bermalam sekaligus menjaga rumah. Yups seperti warung pecel lele yang atapnya
juga terpal.
Ini bukan tenda sebenarnya Sumber |
Di malam harinya air mengguyur tenda kami. Becek plus dingin. Esoknya warga disibukkan
mengeluarkan barang-barang dari rumah dan semakin banyak tenda berdiri di
depan rumah masing – masing. Kami makan dari apa yang dimasak ibu-ibu di tenda
utama. Menu yang praktis yakni Indomie udah berasa makan makanan terlezat yang
pernah kami makan. Kegiatan sehari hari
lumpuh tak ada pasar tak ada pula yang berjualan. Yang ada kami hanya sekedar
makan sisa / sayur yang masih bisa dimasak. Hari berganti mulai datang bantuan
makanan, pakaian, selimut, obat-obatan hingga terpal. Bantuan sekecil apapun sangat berarti untuk kami. Walaupun itu hanya
sekedar indomie.
Teman – teman sekolah pun ikut datang, kebetulan sekolah dan
rumah temen sekolah gue rata rata aman dari gempa. Mereka sampai harus turun ke
jalan untuk mencari sumbangan. Menanti kebaikan para dermawan yang melintas dan
memasukkan sedikit rizkynya ke kotak yang sudah dibuat. Makasih teman-teman. Terharu
Kami memperbaiki tenda yang ada dengan menambah terpal dari
bantuan. Tenda diperbesar yang tadinya hanya 1 ruangan menjadi 2. 1 ruangan berisi 1 ranjang, almari, Tv,
dan meja tamu, sedangkan ruangan sebelahnya kami gunakan untuk dapur dan
perabotan rumah tangga. Namun Gue sama adik masih tinggal di tenda utama karena
tenda rumah itu terlalu sempit untuk kami bermalam. Tak lama berselang datang
sanak saudara dari Bogor dan Jakarta yang membawakan bahan makanan dan juga lampu Petromax. Bantuan sekecil apapun itu sangat berarti untuk
kami. Saudara kami kembali ke perantauan dan ayah pun ikut serta di boyong
kesana. Ayah sudah terlalu tua untuk ikut berbaur membereskan rumah dan
dikhawatirkan justru merepotkan. Karena kebetulan beberapa waktu sebelumnya
ayah sempat terpaksa tinggal di Bogor untuk kurun waktu sebulan, beliau sakit
ketika menghadiri acara keluarga disana. Sebagai gantinya kakak tiri gue dari
bogor tinggal di Jogja sementara waktu. Ranjang kecil itu untuk tidur Nyokap,
gue dan Adik. Kakak tidur di kursi panjang.
Kami bahu membahu membersihkan puing puing rumah. Dan
sekaligus merobohkan satu tembok yang masih berdiri. Beruntung waktu itu
sekolah sedang pasif paska ujian semester.
Ga bisa di lukiskan betapa sulitnya pembersihan itu. Mulai dari kami memindahklan
batu bata, memisahkan antara yang utuh dan retak. Juga membersihkannya dari
semen agar batu bata itu masih bisa dipakai. Bahkan sudah diberi bantuan
relawan masih butuh waktu kurang lebih
sebulan untuk membersihkannya. Dan sebulan pula kami tinggal hanya dibawah terpal.
Dari sini gue dapet pelajaran kalau jadi
pekerja bangunan itu cukup berat, dan betapa susahnya saudara kita yang tak
memiliki tempat tinggal. Subhanallah hebatnya mereka.
Rumah sudah bersih dari puing-puing. Kakak gue kembali ke bogor. Kemudian Gue dan
kakak bergegas mengendarai motor untuk beli “Gedhek” atau anyaman dari bambu.
Kami membelinya untuk membangun rumah sementara yang lebih layak. Berbekal
pondasi rumah tengah sebelumnya, bambu yang harus kami potong terlebih dahulu
dari pohonnya, Batu bata bekas, genteng bekas. Akhirnya rumah sementara itu
jadi. Hanya dengan tenaga kakak, nyokap
dan gue. Karena waktu itu relawan sudah tidak ada di desa kami. Dan kami
pindahan ke rumah sementara yang agak lebih layak dari sebelumnya. Rumah berdinding bambu terdiri dari 1 ruang
tamu, 1 kamar dan dapur. Saat rumah bambu itu berdiri barulah ayah diantar
pulang ke Jogja. Betapa kekaguman gue ke kakak semakin muncul. Bagi gue kakak
udah seperti ayah sendiri.
kurang lebih seperti ini Sumber |
Setahun lebih rumah yang sebenarnya baru bisa berdiri. Bermodal bantuan pemerintah kalau tidak salah jumlahnya Rp. 15.000.000,-
ditambah dengan bantuan para dermawan. Bayangkan dapatkah mendirikan rumah
dengan harga tersebut? Tidak. Kami terpaksa harus menjual kerbau yang ada untuk menambah biaya. Dan juga
menguras tabungan yang ada demi berdirinya rumah yang layak. Tapi syukurlah
atas kehendak Allah SWT dan risky yang diberikanNya akhirnya rumah itu kini
layak dipakai.
Rumah yang masih sangat sederhana. Tapi Alhamdulillah di
tahun 2009 rumah kami sudah layak. 3 tahun waktu yang cukup lama untuk membuat rumah
kami layak.
Tahun 2009 |
Well. Sejak saat itu bahkan sampai sekarang gue masih trauma
yang namanya GEMPA. Gue bakal merinding sendiri
dan ga karuan kalau ada getaran gempa, sekecil apapun itu.
Kenapa ini gue jadi curcol yak??? Sambil nyesek lagi ngetiknya..
Disini gue Cuma mau ngingetin jangan jadikan sebuah bencana
itu adalah lelucon!. Pantaskah kita menjadikan bencana lelucon? Sedangkan saudara kita disana pasti was-was, cemas dan
khawatir akan keadaan yang akan terjadi. Mereka dihantui bayangan bencana yang
akan menimpanya. Sudah seharusnya kita melantunkan doa semoga
saudara saudara kita disana baik baik saja. Tak ada korban dan tsunami itu
tidak terjadi. Mereka semua menangis tak seharusnya kita tertawa.
“ Semoga saudara saudara kita di seberang Pulau sana
baik-baik saja” Amien
Maaf postingan ini jadi Curcol dan panjanggggggg sepanjang Samudra Cinta #eh
Akhir
kata MATURNUWUN udah mampir.
gue juga kaget pas akun fav gue itu ngetwit segitu frontalnya.
ReplyDeletebtw serem bgt pengalamannya. untung selamat semua ya :)
ah.. iya.. becandaanya emang NGGAK di rem tuh, kaget gue juga -____-
ReplyDeletesemoga saudara kita disana ada dalam lindungannya ya :)))
Iye, emang tuh. Becandaannya jadi enggak keren pas twit tadi itu. -___-
ReplyDeleteSemoga semuanya baik-baik saja, dan dijadiin pelajaran juga. Bahwa tidak semua hal itu bisa dijadiin 'jokes' *benerin poni* (///___-)
Semoga menjadi semacam pengingat agar kita lebih bijak dalam membuat canda.
ReplyDelete@ka Pina : Iyya, tadi juga kaget sama twitt dia.
ReplyDelete(*__*)Alhamdulillah kelg baik" saja
@Tammi + Ilyas :: sepertinya semua tau itu tulisan siapa yak.. muehehehe... Amien.. semoga semuanya baik" saja
@Galih : Yoiii om. Semoga
Mengerikan banget ya pengalamannya. Gua bersyukur gua ga ngalamin kayak gitu dan gua juga berdoa buat semua orang yg ngalamin bencana supaya ditabahkan dan diberi keselamatan sama Tuhan. #prayforAceh
ReplyDeleteYa Tuhan yang jadiin becandaan itu rasa syukurnya dimana??
ReplyDeletewow. awalnya mikir lucu si becandaanya, tapi kalo tau esensinya kayaknya gak pantes dah becandan ky gitu
ReplyDeletekeep spirit :D
yaudalaah mbak, si yang empunya akun juga uda minta maaf kok, dan lgsg apus tweetnya itu...
ReplyDeletetoh semua orang jugaa pernah khilaff :)
oya, gue turut merasa sedih atas gempa yang terjadi sama mbak beberapa tahun lalu itu yaa :( tetap kuat ya mbak :)
Kan gue cuma ngingetin...
Deletengetik postingan ini kan pas dia nge-twitt.
Semua orang pasti khilaf dan dia udah minta maaf. It's OK..
yups makasih.. :D
Syukurlah semua selamat ya :)
ReplyDeletesemua sehat ampe skrg :)
keterlaluan tuh yg bkin bcnda :|
udah sabar aja, pangeran ntar yang bales.
ReplyDeletecobaan dan ujian akan membuat kita lebih matang. bersyukur ketika ujian datang menghampiri kita dan bersyukur ketika ujian meluluskan kita
Nggak punya otak kayaknya yang bikin bercanda, belum ngerasain kayaknya. Tapi semoga kita semua warga Indonesia diberikan keselamatan yang lebih :)
ReplyDeleteSemoga saja teman2 kita disana diberi ketabahan dan kesabaran dan tidak trauma. Amin. :)
ReplyDeleteiya sempet muncul di TL gue tuh :( sempet kecewa juga knp kok di buat becanda. tapi khilaf kali ya toh kayaknya udah minta maaf juga. semoga semua baik-baik saja ya semoga warga aceh dan sekitarnya dalam lindungan alloh SWT *amin*
ReplyDelete@Claude :: amien
ReplyDelete@Bang Ujay :: Yupz. Maklum baru khilaf bang :D
@Eyr : Yoii
@Caya : Iyya. Alhamdulillah sesuatu *__*
@teman : Ga sabar menunggu pangeran >__<.. kata"nya ajib om
@Bang HEna : baru khilaf pasti bang.. *Amien
@Radio : Amien :)
@Noer : Yoii, kayanya baru khilaf. *Amien
yoi juga .. :D
ReplyDeleteya semoga khilafnya ngga dibatas waktu pintu maaf..
ReplyDelete@Ey : >___<
ReplyDelete@bang Ujay : Semoga :P