Wednesday 11 April 2012

Jangan jadikan Bencana sebagai Bahan Lelucon


Sumber disini
Sore ini kita dikejutkan dengan info tentang Gempa di SIMEULUE Aceh sampai BMKG mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami.   


Ada beberapa pendapat / opini yang muncul dari masyarakat:
Pertama : Sebagian  dari kita ada yang berpendapat ini adalah Peringatan Allah SWT kepada umatnya dikarenakan disana banyak orang yang berbuat maksiat / melanggar agama,  Ex: memakai ganja. 
Kedua:  Ada juga yang berpendapat karena kondisi geografis dimana Aceh memang berpotensi terjadi  Tsunami.  

Kalo menurut gue kedua pendapat tersebut  tidak ada yang salah. Opini pertama: Sebagai seorang muslim tentunya kita masih ingat Kisah Nabi Nuh, dimana Allah SWT memberikan bencana sebagai peringatan kepada Umatnya dan hanya UmatNya yang patuh dan percaya yang selamat dari bencana tersebut. Opini kedua : Karena sesuai kondisi Geografis memang begitu adanya.


Namun yang sangat disayangkan adalah ketika saudara kita disana menghadapi bencana serta diterpa kekhawatiran akan terjadi Bencana yang lebih besar yakni Tsunami justru ada  diantara kita yang membuatnya sebagai lelucon. Begini kutipannya (sumber sengaja tidak gue tulis):

“BREAKING: Malaysia klaim sebagai Pemilik Resmi Gempa di Sumatera”

SHIT. Gue sempet nyesek baca kata-kata tersebut. Pasalnya gue juga pernah mengalami apa yang sekarang dialami saudara kita yang ada di Sumatera. Tepatnya 27 mei 2006 kemarin ketika terjadi gempa di Yogyakarta. Melalui tulisan ini gue ingin berbagi sehingga jangan pernah ada diantara kita yang berfikir kalau bencana itu sebuah lelucon. Mendapat bencana itu tidak enak Guys.


27 Mei 2006

Dimana di hari biasa gue mesti berangkat ke sekolah jam 05.30 WIB, hari sabtu jadwal sekolah adalah masuk siang.  Sehabis Subuh dan siapin makanan gue kembali tertidur (Hah? Jam segitu masih tidur? kebayang malesnya gue waktu itu). Tiba tiba serasa ada yang membangunkan dengan menggoncang tubuh gue, tadinya gue kira Nyokap yang sengaja bangunin gue karena udah siang. Namun Ketika gue buka mata sekeliling kamar masih bergetar hebat. Dengan Reflek gue langsung keluar rumah melewati pintu belakang, kebetulan kamar gue deket pintu belakang. Sesampainya di luar rumah gue melihat kearah rumah tepatnya kamar gue kemudian Dapur, Dengan mata kepala gue sendiri gue melihat bangunan itu seketika roboh. Entahlah gue ga kepikiran apa-apa. Masih mematung di tempat gue berdiri. 


Kurang lebih seperti ini sumber

 Gempa sudah berhenti, gue langsung lari ke depan rumah buat nyari anggota keluarga gue. Dan Apa yang gue temui? Nampak depan rumah gue yang tadinya berdiri kokoh sudah roboh dan hanya tertinggal ruang tamu yang masih berdiri. Disitu gue ga nemuin siapa-siapa kecuali kakak gue. Gue panik, demikian  juga kakak. Gue nangis bercampur  hati yang tidak karuan. Pasalnya ayah dan adik gue masih di dalem.  Ayah sudah Lansia dan Adik gue masih kecil (Kelas 4 SD). Gue Tanya ke kakak lihat adik terakhir dimana? Tahukah kalian jawabannya? “ke kamar mandi!”.  Sedangkan yang tadi gue lihat bagian dapur dan kamar mandi itu roboh.  Semakin nyesek.


Akhirnya dengan susah payah kakak berhasil membuka pintu yang tersendat karena robohan tembok, Gue ga berani ke dalam dan hanya berani nuggu diluar. Kemudian kakak gue muncul dengan menggendong Adik yang menangis dan Ayah menyusul dari belakang. Syukurlah Pas kejadian Adik gue yang baru ke kamar mandi langsung jalan ke depan dan Ayah juga langsung jalan ke depan dari kamarnya. Alhamdulillah Allah SWT masih melindungi kami.  Tak berapa keluarga kami berkumpul di depan rumah yang kebetulan agak lapang terdengar jeritan dari rumah sebelah. Gue melihat tetangga gue ada di balik reruntuhan bangunan rumahnya. Kakinya terjepit dan tidak bisa keluar dari reruntuhan. Kakak beranjak kesana. Membantu dia keluar dari puing-puing reruntuhan. Tulang kakinya patah dan terpaksa digotong sampai akhirnya dilarikan ke rumah sakit dengan truk beserta korban gempa lainnya.
 
Warga kemudian bergegas dan berkumpul di tanah lapang. Ada yang kepalanya terkena reruntuhan hingga harus diperban sampai dengan yang lecet-lecet.  Ada yang masih menangis histeris. Ada yang masih mencari sanak keluarganya. Tak lama kemudian muncul isu Tsunami yang sudah sampai ke Desa sebelah. Hampir semua warga kampung panik, kejadian di Aceh waktu itu muncul di otak kami. Banyak di antara kami sudah memutuskan untuk naik ke bukit yang paling dekat dengan Desa. Adapula yang menangis dan teriak “Aku ga bisa berenang.!”. Suara hiruk pikuk terjadi. Sebagian warga termasuk gue sudah beranjak menjauhi rumah dan menuju bukit. Sampai akhirnya ada yang menginfokan kalau berita itu hanya HOAX. Karena ada yang memanfaatkan kepanikan warga untuk mengambil barang berharga yang di rumah yang ditinggal pergi pemiliknya. Ampunilah perbuatan saudara kami itu ya Allah. Kemudian kami kembali ke tanah lapang. 

Disaat orang lain sudah berkumpul dengan keluarganya. Nah keluarga gue? Nyokap masih belum pulang karena pagi itu beliau sudah pergi ke sawah. Kakak mau nyariin tapi dia sendiri masih bingung. Dan gue ? Cuma bisa terus berdoa semoga ga terjadi apa apa dengan beliau. Akhirnya sekitar jam 10.00 WIB nyokap muncul. Alhamdulillah waktu itu ada yang berbaik hati nebengin pulang karena nyokap juga masih shock buat pulang sendiri. Terbayang waktu itu pasti perasaan beliau ga karuan mikirin anak dan suami yang ga beliau ketahui keadaanya.


Gempa susulan masih terjadi berkali kali . Suara takbir dan tangisan pun tak henti hentinya terdengar. Semua orang panik.  Ketika suasana mulai aman dan kepanikan berkurang. Masing masing kembali ke rumah untuk menyelamatkan harta benda yang masih bisa diselamatkan. Walaupun masih dihinggapin rasa was was masing masing memberanikan diri untuk masuk rumah. Demikian juga Kakak masuk dapur dan dengan susah payah dibantu tetangga dia  bisa mengeluarkan motor yang sempat kerobohan almari. Kemudian mengeluarkan TV dari ruang tamu. Syukurlah barang elektronik yang ada masih bisa diselamatkan. 


Malam itu berbekal tenda nikahan warga desa membangun tenda darurat untuk tempat bermalam. Kalaupun ada rumah yang masih berdiri tidak ada yang berani buat tidur di dalam rumah. Sebagian wanita termasuk Nyokab, gue dan Adik pun ikut tidur di tenda itu. Sedangkan yang cowok kakak gue dan sebagian warga lainnya sibuk membuat tenda dari terpal di depan rumah buat berteduh dan bermalam sekaligus menjaga rumah. Yups seperti warung pecel lele yang atapnya juga terpal.
Ini bukan tenda sebenarnya Sumber


Di malam harinya air mengguyur tenda kami.  Becek plus dingin. Esoknya warga disibukkan mengeluarkan barang-barang dari rumah dan semakin banyak tenda berdiri di depan rumah masing – masing. Kami makan dari apa yang dimasak ibu-ibu di tenda utama. Menu yang praktis yakni Indomie udah berasa makan makanan terlezat yang pernah kami makan.  Kegiatan sehari hari lumpuh tak ada pasar tak ada pula yang berjualan. Yang ada kami hanya sekedar makan sisa / sayur yang masih bisa dimasak. Hari berganti mulai datang bantuan makanan, pakaian, selimut, obat-obatan hingga terpal. Bantuan sekecil apapun sangat berarti untuk kami. Walaupun itu hanya sekedar indomie.


Teman – teman sekolah pun ikut datang, kebetulan sekolah dan rumah temen sekolah gue rata rata aman dari gempa. Mereka sampai harus turun ke jalan untuk mencari sumbangan. Menanti kebaikan para dermawan yang melintas dan memasukkan sedikit rizkynya ke kotak yang sudah dibuat. Makasih teman-teman. Terharu

Kami memperbaiki tenda yang ada dengan menambah terpal dari bantuan. Tenda diperbesar yang tadinya hanya 1 ruangan menjadi  2. 1 ruangan berisi 1 ranjang, almari, Tv, dan meja tamu, sedangkan ruangan sebelahnya kami gunakan untuk dapur dan perabotan rumah tangga. Namun Gue sama adik masih tinggal di tenda utama karena tenda rumah itu terlalu sempit untuk kami bermalam. Tak lama berselang datang sanak saudara dari Bogor dan Jakarta yang membawakan  bahan makanan dan juga lampu Petromax. Bantuan sekecil apapun itu sangat berarti untuk kami. Saudara kami kembali ke perantauan dan ayah pun ikut serta di boyong kesana. Ayah sudah terlalu tua untuk ikut berbaur membereskan rumah dan dikhawatirkan justru merepotkan. Karena kebetulan beberapa waktu sebelumnya ayah sempat terpaksa tinggal di Bogor untuk kurun waktu sebulan, beliau sakit ketika menghadiri acara keluarga disana. Sebagai gantinya kakak tiri gue dari bogor tinggal di Jogja sementara waktu. Ranjang kecil itu untuk tidur Nyokap, gue dan Adik. Kakak tidur di kursi panjang.


Kami bahu membahu membersihkan puing puing rumah. Dan sekaligus merobohkan satu tembok yang masih berdiri. Beruntung waktu itu sekolah sedang pasif paska ujian semester.  Ga bisa di lukiskan betapa sulitnya  pembersihan itu. Mulai dari kami memindahklan batu bata, memisahkan antara yang utuh dan retak. Juga membersihkannya dari semen agar batu bata itu masih bisa dipakai. Bahkan sudah diberi bantuan relawan masih butuh waktu kurang lebih sebulan untuk membersihkannya. Dan sebulan pula kami tinggal hanya dibawah terpal. Dari sini gue dapet pelajaran kalau jadi pekerja bangunan itu cukup berat, dan betapa susahnya saudara kita yang tak memiliki tempat tinggal. Subhanallah hebatnya mereka.


Rumah sudah bersih dari puing-puing.  Kakak gue kembali ke bogor. Kemudian Gue dan kakak bergegas mengendarai motor untuk beli “Gedhek” atau anyaman dari bambu. Kami membelinya untuk membangun rumah sementara yang lebih layak. Berbekal pondasi rumah tengah sebelumnya, bambu yang harus kami potong terlebih dahulu dari pohonnya, Batu bata bekas, genteng bekas. Akhirnya rumah sementara itu jadi.  Hanya dengan tenaga kakak, nyokap dan gue. Karena waktu itu relawan sudah tidak ada di desa kami. Dan kami pindahan ke rumah sementara yang agak lebih layak dari sebelumnya.  Rumah berdinding bambu terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar dan dapur. Saat rumah bambu itu berdiri barulah ayah diantar pulang ke Jogja. Betapa kekaguman gue ke kakak semakin muncul. Bagi gue kakak udah seperti ayah sendiri.
kurang lebih seperti ini Sumber
 
Setahun lebih rumah yang sebenarnya baru bisa berdiri. Bermodal bantuan pemerintah kalau tidak salah jumlahnya Rp. 15.000.000,- ditambah dengan bantuan para dermawan. Bayangkan dapatkah mendirikan rumah dengan harga tersebut? Tidak. Kami terpaksa harus menjual kerbau  yang ada untuk menambah biaya. Dan juga menguras tabungan yang ada demi berdirinya rumah yang layak. Tapi syukurlah atas kehendak Allah SWT dan risky yang diberikanNya akhirnya rumah itu kini layak dipakai.

Rumah yang masih sangat sederhana. Tapi Alhamdulillah di tahun 2009 rumah kami sudah layak. 3 tahun waktu yang cukup lama untuk membuat rumah kami layak.
Tahun 2009
Well. Sejak saat itu bahkan sampai sekarang gue masih trauma yang namanya GEMPA. Gue bakal merinding sendiri  dan ga karuan kalau ada getaran gempa, sekecil apapun itu.
Kenapa ini gue jadi curcol yak???  Sambil nyesek lagi ngetiknya..
 
Disini gue Cuma mau ngingetin jangan jadikan sebuah bencana itu adalah lelucon!. Pantaskah kita menjadikan bencana lelucon? Sedangkan saudara kita disana pasti was-was, cemas dan khawatir akan keadaan yang akan terjadi. Mereka dihantui bayangan bencana yang akan menimpanya. Sudah seharusnya kita melantunkan doa semoga saudara saudara kita disana baik baik saja. Tak ada korban dan tsunami itu tidak terjadi. Mereka semua menangis tak seharusnya kita tertawa.

“ Semoga saudara saudara kita di seberang Pulau sana baik-baik saja” Amien

Maaf postingan ini jadi Curcol dan panjanggggggg sepanjang Samudra  Cinta #eh


Akhir kata MATURNUWUN udah mampir.








19 comments:

  1. gue juga kaget pas akun fav gue itu ngetwit segitu frontalnya.

    btw serem bgt pengalamannya. untung selamat semua ya :)

    ReplyDelete
  2. ah.. iya.. becandaanya emang NGGAK di rem tuh, kaget gue juga -____-
    semoga saudara kita disana ada dalam lindungannya ya :)))

    ReplyDelete
  3. Iye, emang tuh. Becandaannya jadi enggak keren pas twit tadi itu. -___-
    Semoga semuanya baik-baik saja, dan dijadiin pelajaran juga. Bahwa tidak semua hal itu bisa dijadiin 'jokes' *benerin poni* (///___-)

    ReplyDelete
  4. Semoga menjadi semacam pengingat agar kita lebih bijak dalam membuat canda.

    ReplyDelete
  5. @ka Pina : Iyya, tadi juga kaget sama twitt dia.
    (*__*)Alhamdulillah kelg baik" saja

    @Tammi + Ilyas :: sepertinya semua tau itu tulisan siapa yak.. muehehehe... Amien.. semoga semuanya baik" saja

    @Galih : Yoiii om. Semoga

    ReplyDelete
  6. Mengerikan banget ya pengalamannya. Gua bersyukur gua ga ngalamin kayak gitu dan gua juga berdoa buat semua orang yg ngalamin bencana supaya ditabahkan dan diberi keselamatan sama Tuhan. #prayforAceh

    ReplyDelete
  7. Ya Tuhan yang jadiin becandaan itu rasa syukurnya dimana??

    ReplyDelete
  8. wow. awalnya mikir lucu si becandaanya, tapi kalo tau esensinya kayaknya gak pantes dah becandan ky gitu

    keep spirit :D

    ReplyDelete
  9. yaudalaah mbak, si yang empunya akun juga uda minta maaf kok, dan lgsg apus tweetnya itu...
    toh semua orang jugaa pernah khilaff :)

    oya, gue turut merasa sedih atas gempa yang terjadi sama mbak beberapa tahun lalu itu yaa :( tetap kuat ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan gue cuma ngingetin...
      ngetik postingan ini kan pas dia nge-twitt.
      Semua orang pasti khilaf dan dia udah minta maaf. It's OK..

      yups makasih.. :D

      Delete
  10. Syukurlah semua selamat ya :)
    semua sehat ampe skrg :)

    keterlaluan tuh yg bkin bcnda :|

    ReplyDelete
  11. udah sabar aja, pangeran ntar yang bales.
    cobaan dan ujian akan membuat kita lebih matang. bersyukur ketika ujian datang menghampiri kita dan bersyukur ketika ujian meluluskan kita

    ReplyDelete
  12. Nggak punya otak kayaknya yang bikin bercanda, belum ngerasain kayaknya. Tapi semoga kita semua warga Indonesia diberikan keselamatan yang lebih :)

    ReplyDelete
  13. Semoga saja teman2 kita disana diberi ketabahan dan kesabaran dan tidak trauma. Amin. :)

    ReplyDelete
  14. iya sempet muncul di TL gue tuh :( sempet kecewa juga knp kok di buat becanda. tapi khilaf kali ya toh kayaknya udah minta maaf juga. semoga semua baik-baik saja ya semoga warga aceh dan sekitarnya dalam lindungan alloh SWT *amin*

    ReplyDelete
  15. @Claude :: amien
    @Bang Ujay :: Yupz. Maklum baru khilaf bang :D
    @Eyr : Yoii
    @Caya : Iyya. Alhamdulillah sesuatu *__*
    @teman : Ga sabar menunggu pangeran >__<.. kata"nya ajib om
    @Bang HEna : baru khilaf pasti bang.. *Amien
    @Radio : Amien :)
    @Noer : Yoii, kayanya baru khilaf. *Amien

    ReplyDelete
  16. ya semoga khilafnya ngga dibatas waktu pintu maaf..

    ReplyDelete
  17. @Ey : >___<
    @bang Ujay : Semoga :P

    ReplyDelete