Kamu,
Iya sekali lagi aku salah
menilaimu. Tadinya aku kira kamu sudah terlalu sibuk dengan pasangan barumu,
ternyata salah. Iya hari itu kita termasuk aku, kamu dan dia kembali
merencenakan bermain ke tempat masa kecil kita. Ku akui aku cukup Suudzon,
berfikir kalau kamu akan mengajak pasanganmu itu. Dan aku pun tak ingin
berangkat kalau dia tak ikut serta, begitu juga dengan dia yang tak mau ikut
jika aku tak ikut serta. Iya malamnya aku dan dia pergi untuk mencari bekal
makanan. Dan esoknya lagi dan lagi kita berangkat dini hari. Dari sini aku
sadar memang kamu tak berubah dan masih seperti dulu. Hanya statusmu yang
berubah.
Aku,
Akhirnya aku kembali
meninggalkan kota ini dengan segala rasa yang ada. Biarlah kamu sibuk dengan
orang terdekatmu asalkan kamu tak melupakan persabahabatan ini. Tapi apa mau dikata
perubahan itu pasti ada. Lama kelamaan semakin terlihat. Iya kamu mulai berubah
sahabatku. Tak ada lagi pesan singkat yang bertuliskan namaku. Dan ketika aku
menulis namamu di pesan singkat, Kamu yang biasanya langsung membalas dan
menanyakan tentang keadaanku dan masalahku. Iya karena aku akan mengirimkan
pesan singkat jika ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Tapi terlalu lama aku
menunggu balasanmu. Dan akhirnya kamu membalas dengan nomor barumu. Nomor
dirinya. Lantas saja harus menunggu lama hanya sekedar menunggu balasanmu dan
kenapa harus menunggu hari berganti pula? SHIT. Sejak saat itu aku tau kalau
kamu bertukar nomor dengan pasanganmu. Dan aku memutuskan untuk tidak
berkomunikasi denganmu kecuali kamu yang menghubungi.
Kamu,
Akhirnya toh aku kalah dengan
niatan di hatiku. Aku mengingatmu ketika aku mengalami masalah tentangnya dan
hanya ingin bercerita denganmu atau dengan dia. Tapi lagi lagi kamu
mengecewakanmu. Iya balasanmu seakan akan bukan dirimu. Tumben-tumbenan kamu
membalas smsku dengan balasan berbahasa Indonesia. Itukah kamu? Atau
pasanganmu? . Ah sudahlah kemudian aku menyudahi percakapan itu dan
mengurungkan niatku.
Kamu,
Masih ingatkah kamu ketika
aku mengirimkan pesan singkat pergantian nomorku? Kamu berkata kalau aku
seringkali berganti nomor. Nomorku mati sahabatku. Dan kemudian aku mengatakan
“Kamu sombong, mentang mentang udah punya pasangan ga pernah komunikasi lagi!”
, tetapi kamu beralibi nomorku terlalu banyak dan kamu bingung memilih yang
mana untuk menghubungiku. Oke kali ini aku sudah memutuskan satu nomor yang
lain bisa kamu hapus. Tapi justru kamu berkata kalau aku yang sombong dan pernah
memberi kabar. Dan kemudian aku ungkapkan kalau aku tak enak dengan pasanganmu
itu. Mungkin lebih tepatnya aku gak suka tetapi aku masih menjaga hatimu untuk
tidak mengatakan itu.
Kamu,
Masih ingatkah kamu dengan
kepulanganku waktu itu? Iya maaf aku sengaja tak memberimu kabar. Karena
aku sudah cukup kecewa dengan perubahanmu. Dan aku terlalu sibuk dengan acaraku,
disisi lain aku tau kalau kamu pasti sibuk juga dengan pasanganmu dan juga
kerjaanmu. Setiap aku keluar rumah aku selalu melewati rumahmu, tapi aku sama
sekali tak melihatmu. Iya entah kamu berada dimana. Sampai hari libur itu aku
melewati tempat kerjamu. Iya tempat yang pernah kamu ceritakan padaku. Aku
mengirimkan pesan singkat dan kamu menanggapinya. Dengan bilang kalau aku baru
saja lewat tempat kerjamu tadinya aku berfikir kalau kamu akan menemuiku.
Tetapi ternyata salah, iya kamu sudah berubah sahabat.
Dan akhirnya kepulanganku yang terakhir itu aku hanya bertemu dengan dia. Tidak dengan dirimu. Iya dia yang tengah sibuk UAS bahkan menemuniku di akhir keberangkatanku. Cukup lama bersua. Itu lebih baik daripada kamu sahabatku. Kamu sama sekali tak menemuiku. Tetapi aku tetap pamitan padamu dan bercerita kalau aku telah bertemu dengan dia dan cukup lama bersua. Dan kamu bilang “kenapa gak daritadi ngomongnya?”. Halo kawan bukankah kamu sudah tau kepulanganku? Kemana saja dirimu? Memang sih malam malam itu aku selalu pulang malam karena cuaca hujan. Tapi sama sekali kamu tak mengirimkan pesan kalau kamu akan menemuiku. Walaupun tadi pagi aku sudah menanyakan kamu bekerja atau tidak. Ah sudahlah kamu memang sudah berubah.
Dan akhirnya kepulanganku yang terakhir itu aku hanya bertemu dengan dia. Tidak dengan dirimu. Iya dia yang tengah sibuk UAS bahkan menemuniku di akhir keberangkatanku. Cukup lama bersua. Itu lebih baik daripada kamu sahabatku. Kamu sama sekali tak menemuiku. Tetapi aku tetap pamitan padamu dan bercerita kalau aku telah bertemu dengan dia dan cukup lama bersua. Dan kamu bilang “kenapa gak daritadi ngomongnya?”. Halo kawan bukankah kamu sudah tau kepulanganku? Kemana saja dirimu? Memang sih malam malam itu aku selalu pulang malam karena cuaca hujan. Tapi sama sekali kamu tak mengirimkan pesan kalau kamu akan menemuiku. Walaupun tadi pagi aku sudah menanyakan kamu bekerja atau tidak. Ah sudahlah kamu memang sudah berubah.
Kamu,
Taukah kamu itulah kepulangan
terakhir kali dan tersingkat sampai saat ini. Bahkan Ke tempat saudaraku pun
tak ada waktu. Bertemu denganmu pun juga tak sempat. Sedih kawan, baru kali ini
aku pulang dan tidak bisa berkumpul dengan kalian sahabat sahabatku.
Kamu,
Sampai saat ini aku tak
kunjung pulang karena tak ada motivasi untuk kembali ke kota itu. Bahkan aku
pun malas untuk pulang kalau akhirnya nanti aku juga tak bisa bertemu kamu dan
dia sahabatku. Asal kamu tau walaupun tak sampai satu jam bersama kalian itu
sudah cukup berarti bagiku.
No comments:
Post a Comment